Jumat, 03 Maret 2017

PENILAIAN AFEKTIF DOMAIN VALUING DAN PSIKOMOTOR DOMAIN KETETAPAN

PENILAIAN AFEKTIF DOMAIN VALUING DAN PSIKOMOTOR DOMAIN KETETAPAN

BAB I
PEMBAHASAN

1.1  LATAR BELAKANG
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Dalam makalah ini fokus penulisan adalah pada ranah afektif valuing dan psikomotor ketetetapan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah Pengertian Afektif Valuing?
2.      Bagaimana Penerapan Penilaian Afektif Valuing Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar?
3.      Apakah Pengertian Psikomotor  Ketetapan?
4.      Bagaimana Penerapan Penilaian  Psikomotor Ketetapan Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar?

1.3  TUJUAN
1.      Dapat Mengetahui Apa Pengertian Afektif Vaulung?
2.      Dapat Mengetahui Bagaimana Penerapan Penilaian Afektif Vaulung Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar?
3.      Dapat Mengetahui Apa Pengertian Psikomotor  Ketetapan?
4.      Dapat Mengetahui Bagaimana Penerapan Penilaian  Psikomotor Ketetapan Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar?







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penegertian Penilaian Afektif Valuing
            Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
            Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaia/n. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. 
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.


Pada tahap ini, mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian ini dibagi menjadi empat tahap yang meliputi:
1.      Menerima nilai (acceptance of value), merupakan kelanjutan dari kepuasan menanggapi yang lebih intensif.
2.      Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang ditunjukan dengan usaha untuk mencari sesuatu yang dapat memuaskan.
3.      Komitmen yaitu keyakinan terhadap suatu nilai dengan alasan tertentu yang muncul setelah melalui pengalaman-pengalaman. Komitmen ditunjukan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Misalkan kagum atas keberanian seseorang, menunjukan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1.      Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2.      Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas
dalam merespon, mematuhi peraturan
3.      Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
4.      Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan
abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.












Contoh pengisisan instrumen penilaian diri peserta didik.
Petunjuk : berilah tanda (v) pada kolom “Ya” atau “Tidak” dengan keadaan yang sebenarnya.

NO
PERNYATAAN
YA
TIDAK
1.
Saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas


2.
Saya tidak mengganggu teman yang beragama lain ketika berdoa sesuai agama


3.
Saya berani mengkui kesalahan saya


4.
Saya menyelasaikan tugas tepat waktu


5.
Saya menghargai pendapat orang lain


6.
Saya mengenbalikan barang yang saya pinjam


7.
Saya minta maaf jika saya melakukan kesalahan


8.
Saya datang ke sekolah tepat waktu


9.
Saya berani dihukum jika saya datang terlambat




2.3 Pengertian Penilaian Psikomotor Ketetapan

            Menurut Arikunto (2010) psikomotor berhubungan dengan kata ”motor”, “sensory motor”atau “perceptual-motor”. Dengan kata lain dapat diartikan ranah psikomotor ini berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh atau bagian-bagianya. Gerak yang dimaksud disini mulai dari gerak yang sederhana sampai yang lebih komplit. Hamid (2009) menambahkan bahwa psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Penilaian psikomotorik adalah penilaian untuk menggali potensi keterampilan atau penampilan sesorang dalam mengaplikasikan bidang keilmuannya. Penilaian aspek psikomotor lebih mengutamakan aspek proses bukan hasil, dimana akan banyak sekali aspek-aspek yang nantinya dapat dinilai dari psikomotor siswa setelah mereka menerima imformasi-informasi teoritik (Nitko ,2006 dalam Anwar, 2009).
Penilaian psikomotor  domain Presisi (Ketetapan) Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Kata kerja yang digunakan pada tingkatan hampir sama dengan kata kerja pada tingkatan manipulasi tetapi dengan control yang lebih dan kesalahan yang  lebih sedikit.
Contoh instrumen penilaian keterampilan siswa dalam bermain bola.
No
Kriteria
7
6
5
4
3
2
1
1.
Siswa dapat mengarahkan bola yang ditendanganya sesuai dengan target.







2.
Siswa dapat mengopor bola kepada teman sesuai target.







3.
Siswa dapat mencetak gol dengan waktu yang singkat.




















BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
            Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
Penilaian psikomotor  domain Presisi (Ketetapan) Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Kata kerja yang digunakan pada tingkatan hampir sama dengan kata kerja pada tingkatan manipulasi tetapi dengan control yang lebih dan kesalahan yang  lebih sedikit.


            

Kamis, 23 Februari 2017

TEKNIK PENILAIAN TES LISAN

TEKNIK PENILAIAN ASPEK PENGETAHUAN MELALUI TES LISAN PADA JENJANG PENDIDIDKAN DASAR DALAM KURIKULUM KTSP

Tugas kelompok 2
Mata Kuliah "Penilaian Pendidikan Dasar"

LATAR BELAKANG

Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan komponen penting dalam program pembelajaran disamping komponen-komponen yang lain. Komponen tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Kurikulum berisi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar  yang menjadi landasan program pembelajaran.Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai Kompetensi Dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Sementara itu, kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian Kompetensi Dasar. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan.Oleh sebab itu kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu di dukung oleh sistem penilaian yang baik, terencana dan berkesinambungan.

Penilaian merupakan bagian penting dari perangkat kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, fungsi lain penilaian adalah diagnosis dan perbaikan proses pembelajaran. Oleh sebab itu di samping kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang bermakna diperlukan adanya sistem penilaian yang baik, terencana dan berkesinambungan pada setiap satuan pendidikan.

Tes lisan adalah salah satu jenis penilaian yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan dapat digunakan untuk menguji siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, bisa juga digunakan pada ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, dan ujian sekolah. 

RUMUSAN MASALAH

1.      Apa Pengertian Tes Lisan?
2.      Apa Saja Jenis-Jenis Tes Lisan
3.      Apa Saja Kelebihan dan Kelemahan Dalam Tes Lisan?

PEMBAHASAN
PENGERTIAN TES LISAN

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan juga sering disebut tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan, biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan antara siswa dengan tester tentang masalah yang diujikan.
Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan dapat digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan (sesuai Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang standar penilaian). Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, bisa juga digunakan pada ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, dan ujian sekolah. 

JENIS-JENIS TES LISAN

Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:

·         Tes lisan bebas
Tes lisan bebas yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis.

·         Tes lisan berpedoma
Tes lisan berpedoman yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
PELAKSANAAN TES LISAN

Nurkanca, dkk (1986:60) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan tes lisan antara lain adalah sebagai berikut:

·         Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran tentang prestasi belajar yang dicapai oleh murid-murid.
·         Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut memberikan jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang sangat “tolol”.
·         Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seoarang murid yang sedang di tes dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati pada murid tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip evaluasi karena kita bertindak tidak adil terhadap murid yang lain.
·         Siapkanlah terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan samapai terkecoh oleh jawaban yang ngelantur dari murid-murid.
·         Laksanakanlah skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh murid.

CARA TES LISAN

·         Langsung kepada individu 
·         Menyebar kepada semua siswa
·         Retorik, guru bertanya, siswa diberi waktu untuk menjawab, tetapi guru yang menjawab 
·         Balikan, pertanyaan siswa dijawab guru selanjutnya guru bertanya lagi kepada siswa yang bertanya 
·         Terusan, pertanyaan peserta dibalikan untuk dijawab oleh peserta lainnya




CONTOH TEKNIK PENILAIAN  TES LISAN

MATA PELAJARAN                        : IPS
KELAS                                               : 4 (EMPAT) SD/MI
MATERI PEMBELAJARAN              : KENAMPAKAN ALAM DAN KERAGAMAN
  SOSIAL BUDAYA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI STANDAR

Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.      Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

1.1  Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana
1.2  Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial  dan budaya
1.3  Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat
1.4  Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi)
1.5  Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya
1.6  Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya



Pertanyaan untuk Tes Lisan
1.      Kenampakan alam yang memiliki ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan air laut adalah …?
2.      Pegunungan utilemba terletak di provinsi ... ?
3.      Wilayah yang banyak dihuni oleh manusia dan sebagai pusat kegiatan manusia biasanya terdapat di wilayah ... ?
4.      Mata pencaharaian masyarakat wilayah pantai adalah .. ?
5.      Suku bangasa di Indonesia mengangkat sesorang yang dipercaya sebagai pemimpin yang disebut ... ?

No
Aspek yang dinilai
Skor Maksimal
1
Lafal
5
2
Keberanian
5
3
Pilihan kata
5
4
Kecepatan menjawab
5
TOTAL
20



NILAI AKHIR = Jumlah Skor Perolehan Peserta Didik  x 100
                                          Jumlah Skor Maksimum


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES LISAN 

1. Kelebihan
·         Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
·         Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
·         Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
·         Siswa dapat mengemukakan argumentasi 
·         Dapat mengevaluasi kemampuan penalaran 
·         Dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan 
·         Dapat melakukan pendalaman materi 
·         Tidak mungkin terjadi penyontekan 
·         Bahan ujian dapat luas dan mendalam 

2. Kelemahan
·         Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
·         Waktu pelaksanaan yang diperlukan.
·         Sangat memungkinkan ketidakadilan 
·         Subjektifitas tinggi 
·         Memerlukan waktu yang lama
·         siswa dapat melakukan ABS
·         jika siswa memiliki sifat gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab 
·         Kurang reliabel 

MANFAAT PERTANYAAN LISAN
·         Mengembangkan pemahaman siswa
·         Mengembangkan kemampuan berpikir dan membuat keputusan 
·         Mengaktifkan kedua belah pihak guru dan siswa